Cinta Putih Ikang Marissa di Film Yang Kukuh dan Yang Runtuh.

Cinta Putih Ikang Marissa di Film Yang Kukuh dan Yang Runtuh.
Cinta Putih Ikang Marissa di Film Yang Kukuh dan Yang Runtuh.

Film "Yang Kukuh dan Yang Runtuh": Sutradara Wahab Abdi

Film "Yang Kukuh dan Yang Runtuh": Sutradara Wahab Abdi
Ikang Fawzi & Marissa Haque, dalam Film Yang Kukuh dan Yang Runtuh, 1986, Menominasikan Marissa Haque sbg The Best Supporting Actress.

Perusahaan Film Keluarga Ikang & Marissa, PT Rana Artha Mulia Film

Perusahaan Film Keluarga Ikang & Marissa, PT Rana Artha Mulia Film
Berlokasi di Medan, Sumatra Utara, Belanda, Produksi ke 2 Film Layar Lebar, Nominasi FFI 1990

Lagu "Hanya Satu Kamu": oleh Ayah Asuhku Ikang Fawzi



(Sumpah Janji Ayah Asuhku Ikang Fawzi untuk Ibu Asuhku Marissa Haque, saat Pacaran Dulu)

"Panggilan Jiwa" Lagu Fav Marissa Haque (Ikang F & Chandra D)

Ikang Fawzi & Chandra Darusman: Kompaknya Dua Anak Deplu Alumni UI (Universitas Indonesia/ILUNI), 1982

Selasa, 28 Desember 2010

Dari Film dengan Contoh Kasih & Cinta: dari Rima Melati untuk Ikang Fawzi & Marissa Haque

Mbak Rima Melati adalah salah satu combang kami--Ikang Fawzi & Marissa Haque. Beliau mengatakan bahwa Cinta Ikut Menyembuhkan dirinya ketika dalam perawatan sakit kanker yang pernah dialaminya dulu. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kehidupannya berumahtangga dengan Bung Frans Tumbuan. Berikut dibawah ini kisahnya:

Source: Gaya Hidup Sehat
http://m.kompas.com/xl/read/data/2008.02.14.01265269

Banyak yang mengatakan, kekuatan cinta dapat membuat segala hal menjadi mungkin, termasuk menyembuhkan penyakit. Demikian yang dirasakan Rima Melati ketika berjuang melawan kanker payudara.

Saat divonis mengidap penyakit itu, ia merasa harapan hidupnya sangat kecil. Apalagi ketika penyakit ini sudah mencapai stadium cukup parah dalam waktu singkat, hingga Rima harus menjalani kemoterapi di Belanda pada tahun 1990.

ikang-fawzi-dan-marissa-haque-cinta-anak-anak-tangsel“Ketika itu saya sudah kecil hati, tetapi suami terus memberi semangat kepada saya untuk melawan penyakit ini,” ucap Rima, yang menikahi Frans Tumbuan pada tahun 1973.

Tidak hanya lewat kata-kata, rasa cinta Frans kepada sang istri juga diwujudkan melalui perbuatan. “Meski hanya perbuatan kecil seperti menyisir rambut yang rontok akibat kemoterapi dan membacakan buku, itu sangat berarti. Banyak orang menyerah ketika orang yang dicintainya divonis kanker. Untung itu tidak terjadi pada Frans, ia selalu menemani saya,” papar wanita kelahiran 22 Agustus 1939 ini.

Selain suami, anak-anak dan keluarga juga tak bosan mendorong Rima untuk bangkit, hingga timbul semangat dalam dirinya untuk survive dan sembuh. “Perhatian mereka menjadi obat paling mujarab bagi saya. Ada semacam kekuatan yang dapat menyembuhkan di luar obat medis.

Jadi benar kalau dibilang kekuatan cinta dapat menyembuhkan. Cinta dapat membuat seseorang menjadi kuat di kala menghadapi kritis,” sebutnya.

Kini, setelah sembuh dari kanker payudara, pemilik nama asli Marjolien Tambajong ini mengaku ikatan antara dirinya, suami, dan keluarganya bertambah erat. Ia telah membuktikan, kekuatan cinta memang menyembuhkan.

Sabtu, 25 Desember 2010

Bak di FIlm, Lompatan Spiritual Bunda Marissa Haque: dalam Oom Dudi Rustadi di Kompasiana.com

Dakwah Nyata Marissa Haque (Siapakah yang Usil, Ngurusin Payudara Orang atau yang Ngurusin Orang Berdakwah?)

Catatan: Kecuali memang dipakai oleh yang diduga Very Amaruzzaman ketua Timses Black Campaign Airin Rachmi Diany kepada Bunda Marissa Haque karena takut gagal jadi Walikota Tangsel 2010!

OPINI Dudi Rustandi 09 November 2010, 21:15

Sumber: http://agama.kompasiana.com/2010/11/09/dakwah-nyata-marissa-haque-siapakah-yang-usil-ngurusin-payudara-orang-atau-yang-ngurusin-orang-berdakwah/

1 dari 2 Kompasianer menilai Inspiratif. lustrasi dari blog Marissa Haque

Saya selalu menganalogikan ketika dua orang yang sama menghadapi situasi dan kondisi yang sama. Walaupun sama-sama dalam tempat yang sama, namun kedua orang tersebut akan sangat berbeda ketika menyaksikan atau menghadapi satu situasi dan kondisi. Kenapa hal ini terjadi? Dalam ilmu komunikasi disebabkan oleh beberapa hal salah duanya adalah masalah Frame of Reference dan Field of experience, kerangka referensi dan pengalaman lapangan. Masing-masing orang tersebut menghadapi masalah yang sama namun dengan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Dengan kata lain ia berkaitan dengan paradigma dan sudut pandang masing-masing yang mendasarkan diri pada kerangka rujukan dan pengalaman lapangan yang berbeda-beda tersebut.

Ribut-ribut masalah curhat Mbak Marissa Haque (Mbak Icha) dalam blognya yang ditujukan kepada Vina Panduwinata dan Memes yang masih menjadi pembicaraan media sampai saat ini, serta wawancara yang tidak berimbang akan kasus ini yang saya saksikan di infotainment dimana seolah-olah Mbak Icha adalah orang yang usil sehingga membuat ia seolah berada dalam posisi yang salah. Apalagi seorang Penulis tamu secara khusus menuliskan ‘keusilan’ Mbak Icha dengan gaya puisi (Bu Linda Jalil) walaupun disitu tidak ditujukan kepada mbak Icha, namun sangat jelas, di tengah ribut-ribut masalah tersebut, tulisan Bu Linda Jalil di-publish. Lagi-lagi saya melihat bahwa Mba Icha dijadikan pesakitan, ia seolah-olah salah dengan mengurusi payudara orang, walaupun ia sendiri barangkali merasa nyaman-nyaman saja ketika ia dianggap usil. Saya ingin melihat dari persfektif yang berbeda, persfektif yang saya gunakan adalah (barangkali) berkaitan dengan pengalaman keberagamaannya.

Pengalaman keberagamaan Mbak Icha. Setiap orang memiliki kerangka rujukan dan pengalaman yang berbeda. Kerangka dan pengalaman ini akan mempengaruhi paradigma dan sudut pandang orang ketika menyikapi sesuatu. Salah satunya adalah terjadi pada Mbak Icha. Walaupun tulisannya disertai emosional, namun hal tersebut sangatlah wajar di mana ia menjadi seorang isteri dari seorang suami yang dicintainya. Namun jika kita baca secara cermat tulisan blognya, saya melihat justeru Mbak Icha sedang melakukan dakwah yang nyata. Ia sedang memperteguh keimanannya. Saya masih ingat salah satu hadits tentang masalah keimanan, dimana substansinya bahwa “jika orang mencegah dengan tangannya ia berada dalam keimanan yang sempurna, jika ia mencegah kemunkaran dengan mulutnya (bicara) ia berada dalam keimanan yang sedang, jika kemunkaran hanya dicegah dengan do’a, itulah selemah-lemahnya iman. Inilah barangkali yang membedakannya dengan kita atau kompasianer yang lain. Pengalamannya dalam mempraktikan agamanya membuat dia peka, wabilkhusus diawali dari keluarganya. Pengalamannya ini mendorong ia memiliki pandangan tersendiri terhadap satu masalah yang sama.

Coba saja perhatikan salah satu pernyataannya yang memberikan gambaran kepada kita bahwa ada lompatan spiritual dalam diri Mbak Icha, semakin berkurang umur ia semakin sadar bahwa ia akan meninggalkan dunia yang fana ini, sehingga hidupnya harus lebih berkualitas dipandang dari sisi agama, salah satunya adalah dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat.

"... memang saat lalu gaya hidup kami–Memes maupun saya–memang sangat mirip dan sedikit bebas. Namun dengan berjalannya waktu serta semakin hari kami semuasemakin bau tanah. Ada jurang menganga lebar yang sangat signifikan yang menjadi pembeda dari cara pandang hidup kami. Kini gaya busana dan gaya hidup Memes memang sangat mirip dengan Mama Ina (Vina Panduwinata) didalam memamerkan/sedekah payudara mereka semakin hari saya perhatikan semakin melorot, hingga tinggal seperempat atau sepertiga saja! Padahal payudara mereka diusia 50 tahunan sudah jatuh dan peyot dimakan usia! Semua gambar mereka yang seronok dapat dilihat dalam kapanlagi.com." (perhatikan kalimat yang di bold italic )

Lompatan atau pergeseran spiritual inilah, sebagai kerangka rujukannya, menjadi paradigm yang digunakan oleh Mbak Icha dalam menyikapi sesuatu. Termasuk dalam kasus Ikang-Vina yang ia sebutkan dalam blognya.

Tulisannya yang lain sangat nyata bahwa ia ingin menjaga keluarganya dengan dakwah di lingkungan keluarga terdahulu sebelum ia melakukannya di luar. Dalam blog -nya ia mengatakan:

"... Hari ini, sehari sebelum bulan puasa dibulan Ramadhan, sebelum bersilaturahmi keluar rumah, kami berdua—Ikang Fawzi dan saya—berprinsip agar urusan dalam negeri rumah tangga kami harus beres sebelum dua kali 24 jam. Alhamdulillah worthed! Rekonsiliasi terjadi dan menghasilkan beberapa kesepakatan, antara lain: (1) suamiku harus khatam Al-Quran lagi dibulan suci 2010 ini; (2) harus lebih banyak lagi waktu bersama istrinya terkait dengan pekerjaan kami dimasa dating; (3) tidak ada larangan bersalaman/boleh menyentuh tangan namun tidak berangkulan dan tidak dalam kondisi dirangkul/merangkul; (4) kalau ada penggemar ekstrim/baik yang berjilbab maupun tidak berjilbab minta dicium, secara halus namun tegas wajib diberitahu agar tidak bersedia; (5) setiap ada yang berusaha ‘mendekati’ dengan maksud serius tertentu memberitahu kepada pasangan masing-masing, dan ini berlaku pada Ikang maupun saya; (6) menjaga mata dan hati terutama bila sedang di mall dan tempat terbuka lainnya, agar ‘tidak lapar mata’ melihat ‘daging segar’ yang disedekahkan khusus untuk kaum pria; (7) setiap account FB (Face Book) boleh dibuka dan dicek oleh masing-masing dari kami, dan ini berlaku pada Ikang maupun saya, untuk mengecek teman yang mengajak sex over the cyber; (8) setiap tahu akan berjumpa mantan pacar/mantan calon istri/mantan calon suami wajib memberitahu. Kalau terlanjur ‘bablas’, juga wajib memberitahu serta meminta maaf (9) suami wajib berkurang kesenangannya membuka porn cyber! Kalau mungkin menghilangkannya sama sekali karena kegiatan itu adalah maksiat mata; (10) istri wajib lebih sabar dan berkurang ngomelnya…hehe..."

Pernyataannya ini merupakan bagian dari dakwah yang ia lakukan dalam keluarganya sendiri, tanpa ia berada dalam posisi mengendalikan, namun sama-sama membuat kesepakatan bersama. Selain membuat kesepatakan, ia dan suami juga sepakat menjaga keluarganya tidak hanya dengan ikhtiar namun dengan do’a-do’a yang dapat menjaga mereka dari godaan-godaan yang dapat memecah belah rumah tangga yang ia peroleh dari gurunya.

"... ini sekaligus sebagai ajakannya untuk menjaga mata, karena mata selain dapat menjadi alat bersyukur namun juga bisa sebaliknya. Ini adalah doa tersebut; Mata adalah salah satu indera manusia untuk melihat kebesaran-Nya, namun juga dapat terpeleset merendahkan pemilik yang dititpi karunia penglihatan tersebut. Karenanya bagi para pria dewasa yang ingin menjaga marwah diri dan istri serta seluruh keluarganya, dapat mengamalkan sebanyak-banyaknya setiap hari dari dua (2) buah doa dibawah ini. Doa tersebut sebagai berikut: (1) “Bismillahirrahmanirrahiiiim…Allahuma innia’udzubika min fitnatinnisaa wa lazaabil qabri.” Artinya: Ya Allah, aku berlindung dari fitnah wanita/perempuan dan siksanya azab kubur. dan ketika selesai membasuh/ba’da istinja/ba’da buang hajat besar/kecil: (2)”Bismillahirrahmanirrahiiiim… Allahuma thohor qolbi minannifaqi, wa hassin fajri minal fawaahist.” Artinya: Ya Allah… sucikanlah hatiku dari kemunafikan, peliharalah fajri-ku (vagina bagi perempuan dan penis bagi pria), dari kejahatan nafsu, dan haramkanlah jazadku dari siksa api neraka"


Merujuk kembali pada salah satu hadits di atas, dalam pandangan saya, Mbak Icha sedang memperteguh keimanannya dengan melakukan dakwah. Bahkan jika kita cermati, aktifitasnya hampir selalu berkaitan dengan masalah dakwah. Tentu saja dakwah tidak bisa kita pandang secara sempit hanya dalam masalah agama secara privat saja namun juga secara social, ekonomi, budaya maupun politik.

Lihat saja aktifitasnya, bilapun menjadi bintang iklan, namun ia menjadi bintang iklan yang memiliki kecenderungan Islami seperti kosmetik tanpa bahan pengawet atau alcohol, Ekonomi Syariah, mencegah illegal loging, perang terhadap korupsi, dll.


Dakwah Marissa Haque di Kalangan Kampus
Saya masih teringat ketika akan melaksanakan seminar film dakwah tahun 2001. Saat itu saya menjadi panitia. Walaupun bukan panitia inti, setidaknya saya tahu bagaimana kondisi kepanitian. Saat itu yang menjadi pembicara salah satunya adalah Mba Icha, yang lainnya adalah Chaerul Umam, dan Prof. Deddy Mulyana, Ph.D. Sebagai lembaga mahasiswa saat itu, tentu saja untuk mengundang artis kenamaan seperti mbak Icha bayarannya mahal, apalagi dipadukan dengan pembicara nasional lainnya, sutradara sekelas Chaerul Umam. Namun di tengah kebingungan panitia, Mbak Icha yang mengerti kondisi kami malah bilang,” Begini saja, coba kontak wardah, minta kerjasama dengan wardah, saya gak minta dibayar, yang penting ada tiket pp, dan tiket itu sendiri nanti dari hasil kerjasama,” ujar mbakIcha. Setelah kami menghubungi wardah, akhirnya kami pun tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk mbak Icha, karena tiketpun akhirnya di urus oleh wardah sebagai hasil kerjasama kami dengan wardah. Tentu saja ini menjadi nilai plus mbak Icha dalam rangka Dakwah dalam bidang film saat itu. Di samping ia sendiri rela untuk tidak dibayar, padahal harus jauh-jauh datang ke Bandung.

Dengan perjalanannya tersebut, dan dalam rangka mempertahankan rumah tangganya tersebut, apakah layak ia dikatakan sebagai usil atau ngurusin payudara orang?Bukankah itu dakwah? Siapakah yang usil? Yang ngurusin payudara orang atau yang tidak senang dengan dakwahnya? kita tanyakan saja pada hati nurani, apakah memperlihatkan dada yang sangat terbuka hingga terlihat belahan dada adalah hal yang baik? Ya baik bagi si Imin, tapi tidak baik bagi si Iman.

Kamis, 23 Desember 2010

Rencana Film Islami Marissa Haque atas Pidana Lingkungan Hidup & Illegal Loging

Dari Blog Ikang Fawzi di: http://ikangfawzi.blogdetik.com/
Marissa Haque mengatakan, untuk memulihkan hutan Riau dan Indonesia, diperlukan a very strong leadership (kepemimpinan yang kuat dan komitmen tinggi) untuk menghentikan penebangan liar, melalui asas FORUM PREVILEGIATUM bilamana seluruh perangkat hukum yang tersedia dinegeri ini tidak lagi dapat menyelesaikan masalah pencurian kayu sistemik serta berkelanjutan tersebut.

“Dulu di Riau ada Kapolda yang memiliki komitmen untuk mengatasi pembalakan liar. Namun, akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan,” kata istri rocker terkenal Ikang Fawzi ini. Marissa Haque selama tahun 2008 pernah beberapa kali datang ke Riau untuk meneliti kehancuran hutan Riau guna menyelesaikan Disertasi S3-nya di IPB Bogor. Saat itu, artis ini banyak dibantu oleh para aktivis lingkungan di Riau dan mantan Kapolda Riau, Irjen Pol Sutjiptadi.

“Gak lihat baju saya pakai sekarang ini, cokelat? Karena hutan Riau tidak lagi hijau lagi,” kata Icha, panggilan akrabnya. Hadir dalam Diskusi Publik tersebut Prof Jonotoro dan Direktur Ekeskutif Walhi, Hariansyah. “Mari kita mulai dari diri sendiri dan hari ini untuk selamatkan hutan Riau,” ajak Icha.(*)

Editor : Juang_Naibaho, Source : Tribun Pekanbaru

Sumber: http://www.tribunnews.com/2010/10/17/marissa-haque-kritisi-hutan-riau

Senin, 20 Desember 2010

Ide Film Leadership Kepala Daerah Bunda Marissa Haque & Ayah Ikang Fawzi

Menjadi Kepala Daerah seperti Gubernur/walikota/Bupati adalah sebuah jabatan eksekutif ditingkatan daerah, adalah tidak beda dengan pejabat negara lainnya maupun presiden yang mempunyai garis-garis besar dalam bekerjanya maupun hubungan antar lembaga. Hal tersebut untuk menjaga tidak tumpang tindihnya birokrasi dalam pemerintahan yang mengakibatkan inefisiensi implementatif. Singkatnya, hal ini membantunya dalam menjalankan pemerintahan yang syarat dengan elemen hukum dan politik.

Selanjutnya Kepala Daerah haruslah seorang yang mempunyai visi dan misi yang jelas yang terutama dalam kepemimpinan daerahnya. Selain itu tidakkah lebih baik jika seorang kepala daerah yang amanah, dalam arti mampu memujudkan apa yang dijanjikan selama kampanye? Disini stategi-strategi pembangunan yang efektif diperlukan guna menjaga kestabilan serta kelancaran dalam merealisasikannya, bukan kalkulasi dukungan politik semata.

Secara pribadi, kesemuanya berpusat pada satu inti yaitu kinerja. Sebuah janji, tujuan ataupun cita-cita pasti akan terletak pada proses kinerja bagaimana mencapainya. Demikian juga dengan seorang Kepala Daerah, akan semakin bermanfaat bagi masyarakat daerahnya jika mengandalkan kinerja-kinerja yang kongkrit. Apalagi dalam era otonomi daerah sekarang ini yang memberikan keleluasaan yang lebih pada daerah sehingga dapat dikatakan awal yang baik dalam pengembangan dan pembangunan.

Untuk kelanjutannya agar kebijakan pemerintah daerah sinkron dengan kenyataan dilapangan serta berguna untuk memberikan poin-poin determinasi maupun kolaborasi target-target pembangunan, sebaiknya dilakukan upaya-upaya dasar seperti penyerapan aspirasi masyarakat, pemetaan geografis daerah, pemahaman kondisi sosial budaya maskarakat lokal serta pemahaman ekonomi lokal. Secara empiris, hasil-hasil tersebut diatas berbeda satu sama lain setiap daerah. Untuk itulah dapat kita simpulkan bahwa setiap daerah memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda yang tentunya menuntut perlakuan berbeda pula. KD haruslah benar-benar mengerti akan daerahnya. Bukan sekedar figur terkenal, tokoh maupun emosi putra daerah belaka.

Beberapa aspek yang harus dipenuhi antara lain:

(1) Aspek Ekonomi
Gerak ekonomi adalah salah satu yang terpenting dalam suatu daerah. Perkembangannya juga tidak lepas dari geologis ekonomis dan historis masyarakat setempat, sehingga hal ini memungkinkan perbedaan karakteristik perekonomian satu daerah dengan yang lain. misalnya daerah A yang tanahnya subuh untuk pertanian maka mayoritas penduduknya bergerak dibidang pertanian. Berbeda dengan daerah B yang dekat dengan pantai dan tanah yang kurang subur sehingga tidak cocok untuk lahan pertanian, maka dari itu penduduknya lebih banyak yang bekerja dibidang perikanan dan pariwisata.

Dari ilustrasi diatas, salah satu strategi untuk menyiasati dalam hubungannya dengan pengembangan ekonomi adalah memakai konsep keunggulan komparatif, yaitu pembangunan dengan mengembangkan keunggulan ekonomis setempat, dimana tidak terdapat ditempat lain. Pola ini memungkinkan untuk membentuk identitas dan meningkatkan daya saing tersendiri satu sama lain antar daerah. Hal tersebut dengan membawa dampak positif dalam pembangunan nasional karena akan banyak terbantu dalam menentukan kebijakan dan efisiensi.


Selain itu, tugas pemerintah daerahlah yang memberikan tatanan pijakan dan dukungan yang penuh pada kewirausahaan dan kegiatan ekonomi lainnya. Secara lebih nyata dalam dunia bisnis membutuhkan stimulus-stimulus seperti penyediaan infrastruktur, birokrasi perijinan yang praktis, insentif pajak, aturan-aturan main yang jelas dalam berbisnis, pengelolaan kekayaan alam yang tidak monopolitik, perlindungan, pendidikan dan pelatihan usaha, upah minimum daerah, memberdayakan organisasi-organisasi pekerja dan kebijakan supported sektoral lain-lainnya yang sesuai.

Masalah pengangguran dan tingginya angka angkatan kerja juga tidak kalah penting untuk diselesaikan dengan menciptakan program-program kerja yang padat karya maupun memberikan insentif kepada usaha yang melibatkan tenaga yang banyak. Surplus anggaran daerah seharusnya dimaksimalkan dengan program diatas serta dalam rangka menyediakan infrastruktur usaha yang berkesinambungan.

(2) Aspek Kesehatan

Aspek ini meliputi tingkat kelahiran, tingkat umur rata-rata hidup, kebersihan, kondisi Mandi cuci kakus (MCK), populasi penduduk dalam hubungannya dengan kesehatan, pemahaman masyarakat tentang kesehatan, pelayanan dan kuantitas publik kesehatan didaerah, program vaksinasi, disease preventives dan masih banyak lagi. Secara ringkas, program-program yang berhubungan dengan kesehatan lokal sangat mendukung berjalannya aspek lain. Oleh karena itu concerning akan meningkatkan kualitas kesehatan, akan memudahkan masyarakat dalam mengakses kebutuhan sehatnya. Ada semacam timbal balik positif jika semakin sejahtera suatu daerah maka semakin tinggi kualitas kesehatan masyarakat, semakin mudah pemerintah menjalankan proses pembangunan, begitu sebaliknya.

(3) Aspek Tata Ruang Kota

masalah ini mungkin menjadi permasalahan daerah dimana-mana yaitu kurang tertatanya tata ruang kota yang baik. Akibatnya terjadinya tumpang tindih pembangunan pemukiman, areal pendidikan, perkantoran, mall, pelayanan public lainnya, hotel, bangunan-bangunan yang mempunyai historikal yang tinggi dan lain-lainnya. Jika kita melihat situasi-situasi urban khususnya sangatlah crowded berserta aktivitas masyarakatnya yang berjejal-jejalan.

Ada baiknya untuk mengatasinya dibuat cities designs planning yang membantu pengaturan dan alokasi konsentrasi pembangunan infrastruktur. Untuk memperkuatnya maka memasukkannya dalam salah satu orientasi kebijakan-kebijakan daerah sangatlah mendukung selain memberikan landasannya berupa payung hukum atas implementasinya.

Strategi yang lain adalah memangkas birokrasi proyek-proyek yang ada dengan mekanisme satu pintu, memungkinkan terkontrolnya di dilapangan dan memperkecil inefisiensi yaitu pungutan, korupsi, kolusi maupun pajak berganda.

(4) Aspek Pendidikan

Aspek ini tidak kalau pentingnya dengan yang lain. Dus, sangat berhubungan dengan kebijakan pemerintah pusat.

Memajukan pendidikan adalah suatu keharusan yang di amanatkan undang-undang dan menjadi ujung tombak pembangunan bangsa negara di masa depan.

Perkembangan pembangunan nasional di dunia pendidikan sudah ada peningkatan meski berjalan lambat. Program wajib belajar, sekolah gratis dan peningkatan anggaran pendidikan diharapkan mampu memperbaiki kualitas dan kuantitas warga negara.

Di tingkatan daerah, dukungan pemerintah daerah untuk mengembangkan dan meneruskan kebijakan tersebut dengan mempersiapkan pelaksanaan dan teknis program-program yang ada, selain mengontrol hambatan-hambatannya, seperti pungutan diluar pendidikan, bocoran alokasi anggaran pendidikan dan sebagainya.

Diluar itu tidak menutup kemungkinan pemerintah daerah memajukan pendidikan dengan kreativitas sendiri sepanjang tidak keluar kebijakan nasional, misalkan peran aktifnya dalam sekolah-sekolah alternatif, memfasilitasi sekolah dengan dunia usaha, dukungan kepada sekolah selain negeri dan sebagainya.

Masih banyak lagi pembahasan-pembahasan diluar kontek diatas yang seperti saya ulas diatas. Perbedaan sangat mungkin terjadi satu daerah dengan daerah lain tentang prioritas kerja kepala daerah sehingga sinergi dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya.

Cakupan diatas menggambarkan situasi dan solusi singkat atas daerah-daerah secara general yang semoga dapat memaksimalkan pembangunan tentunya. Insya Allah demikian adanya.

Ikang Fawzi Lulus MBA dengan Nilai A dari UGM: Marissa Haque Fawzi

Ikang Fawzi Raih Gelar MBA di UGM

Ikang Fawzi (Foto:Arie Yudhistira/Koran Sindo)


JAKARTA - Ikang Fawzi tengah bergembira. Jerih payahnya kuliah selama 1,5 tahun berbuah manis. Suami Marissa Haque ini meraih gelar MBA dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Saya senang sekali akhirnya bisa dapat gelar. Saya kuliah selama 1,5 tahun. Selesainya bisa cepat karena saya serius sekali," ungkap Ikang yang dihubungi okezone, Selasa (14/12/2010).

Rocker kelahiran 23 Oktober 1959 itu mengambil judul tesis Analisa Strategi Bisnis Properti-tainment di Salah Satu Industri Bisnis Properti (studi pada PT Impian Jaya Ancol). Dia membuat tesis dengan judul demikian dengan alasan tersendiri.

"Saya pikir bisnis ini kan yang penting bisa berkelanjutan. Banyak yang berbisnis, tapi kemudian hilang. Kalau Ancol ini pernah diterpa krisis ekonomi 1998 dan 2008, tapi bisa bertahan karena dia menggunakan properti-tainment. Jadi entertainment itu untuk mempercepat recover industri properti yang sedang lesu," bebernya.

Berkat keseriusan dalam menggarap tesis setebal 300 halaman, ayah dua anak ini mendapat nilai sempurna, "A". "Secara ilmiah itu memang bidang saya. Intinya, di situ saya gunakan ilmu yang saya punya. Jadi saya lama di entertain, kemudian ingin saya ilmiahkan," urainya.

Disinggung tentang kegiatan sang istri yang giat menimba ilmu, Ikang memberikan pujian.

"Wah, kalau dia sih gila sekolah. Kalau saya enggak seperti dia yang sekolah terus kayak sudah jadi makanan sehari-hari. Mungkin kalau dia di UGM mengambil dua gelar sekaligus, MBA dan hukum (MH)," katanya.